‘Perselingkuhan’ antara politik dengan bisnis kerap terjadi di Indonesia dan hal itu merusak tatanan. Penyebabnya adalah tidak-mandirinya secara ekonomi orang-orang yang terjun di dunia politik yang tergiur dan menggadaikan idealisme. Hal itu juga tak luput menimpa para politisi yang berlatar belakang aktivis.
Menurut Ketua Departemen Bisnis Majelis Nasional KAHMI, Ismed Hasan Putro, Business Award digagas sebagai salahsatu usaha untuk mengurai karut-marut tersebut, selain tentu saja, untuk menyeimbangkan iklim dalam HMI yang cenderung didominasi orang-orang politik. Padahal, lanjutnya, ekonomi tidak kalah pengaruhnya terhadap politik, bahkan lebih besar.
Ia mencontohkan dengan yang terjadi di Amerika Serikat. “Yang berkuasa di Amerika bukan para politisi, bukan Presiden Obama (sekarang), tetapi dua ‘General’. Yaitu General Motor dan General Electric,” ujar Ismed.
Meski terlambat, ia mengakui, tetapi KAHMI Business Award akan menjadi langkah awal untuk mengembangkan kewirausahaan di kalangan alumni HMI. Koordinator Presidium Nasional KAHMI, Mahfud MD, setuju dengan ide KAHMI Business Award. Meski ‘menyimpang dari arus utama’ dalam HMI, tetapi bisnis perlu dikembangkan. Ia berharap dengan adanya gerakan yang dimotori KAHMI tersebut akan memperbaiki keadaan, bisnis tidak mengotori politik, politik tidak memperalat bisnis.
Mahfud MD juga menjelaskan ayat mengenai bisnis yang baik akan menyelamatkan manusia dari neraka. Yaitu bisnis yang dilandasi iman, yang dengan demikian sudah pasti pelakunya tidak akan berbuat curang. Kemudian juga dengan harta yang diperoleh dari bisnis tersebut digunakan untuk berjihad di jalan Allah.
Salahsatu penerima penghargaan, Fajar Zulkarnaen, mengaku lebih senang berbisnis daripada terjun ke politik karena alasan idealisme, dan bahwa perpolitikan Indonesia kini yang terlalu ‘kotor.’ Namun, ia menegaskan bukan berarti politik tidak baik, tetapi ada saatnya terjun ke politik jika telah siap segala-galanya.
Sumber : hminews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar